FATKUROHMAN SRB MALUKU UTARA 2020

FATKUROHMAN SRB MALUKU UTARA 2020
TWIBBON

Merdeka Belajarnya,Rumah Belajar Portalnya,Maju Indonesia

Go to https://belajar.kemdikbud.go.id/

PEMBATIK LEVEL 4 2020

Go to https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/

COATCHING PEMBATIK LEVEL 4

Go to Blogger https://arthursteven.blogspot.com/#

DRB dan SRB MALUKU UTARA 2020

Go to https://linktr.ee/fatkursteven

https://linktr.ee/fatkursteven

JANGAN LUPA KUNJUNGI LINK KASIH KOMEN,LIKE,TERIMAKSIH.

Rabu, 12 Juli 2023

Berbagi Praktik Baik Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif

 


Untuk mengembangkan peserta didik yang memiliki karkter yang posistif sesuai dimensi profil pelajar pancasila, untuk mengembangkan budaya positif dilingkungan sekolah tentu perlu menyediakan lingkungan positif, aman , dan nyaman, agar peserta didik mampu berfikir, bertindak dan mencipta secara merdeka, mandiri dan bertanggung jawab.
Kesadaran peserta didik akan penerapan disiplin diri juga belum dari motivasi internal peserta didik, guru masih menggunakan posisi kontrol sebagai penghukum dan membuat peserta didik merasa bersalah padahal harapannya peserta didik memiliki disiplin diri , sehingga mereka bisa berperilaku mengacu pada nilai nilai kebajikan universal dan peserta didik memiliki motivasi internal sehingga peserta didik mampu bertanggung jawab atas kedisiplinan dirinya.
Untuk itu diperlukan pembiasaan dan penanaman budaya positif dilingkungan sekolah yang diaplikasikan dalam proses pembelajaran.
 
Aksi nyata modul 1.4 Budaya Positif :


Webinar berbagi paraktik baik aksi nyata Budaya Positif

https://www.youtube.com/watch?v=hPz3waHuKVI

Jumat, 31 Maret 2023

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF

 

PENERAPAN BUDAYA POSITIF UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER

SMAN 1 TIDORE KEPULAUAN

 

 

 

 

 

 

A.  LATAR BERLAKANG

 

Pendidikan menjadi bagian dari kehidupan manusia dalam mengasah diri untuk menjadi  manusia yang  sebenarnya.  Dalam  pemikiran  Ki  Hajar Dewantara di  bidang pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar dapat diperbaiki lakunya ( bukan dasarnya ) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Seorang guru bagi Ki Hajar Dewantara harus memiliki sifat bahwa dalam proses " menuntun ", anak diberi kebebasan namun pendidik sebagai " pamong " dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang " pamong " dapat memberikan tuntunan yang baik untuk menjadi manusia yang merdeka.

Sebagai pendidik, setiap guru diibaratkan seperti seorang petani yang memiliki peranan penting untuk menjadikan tanamannya tumbuh subur. Guru harus memastikan bahwa tanah tempat tumbuhnya tanaman adalah tanah yang cocok untuk ditanami. Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa: …kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan, seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain


sebagainya. (Lampiran 1. Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. INo.1, 2, 3, 4, Nov, Des

 

1936, Jan, Febr 1937).

 

Dapat dimaknai bahwa sebagai seorang guru harus mampu menguasai sekolah sebagai tempat mengolah mengusahakan agar sekolah menjadi lingkungan yangmenyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik.

Budaya positif menjadi suatu cara untuk dilaksanakan di sekolah seupaya tercipta hal-hal positif guna mendukung peningkatan kualitas pendidikan, Budaya positif tidak lepas dari disiplin positif yang juga merupakan bagian dari kegiatan sekolah. Dalam menanamkan budaya positif di sekolah, seorang guru idealnya berperan dalam posisi kontrol sebagai manajer dalam meningkatkan kreativitas belajar siswa membentuk budaya positif. Guru juga berperan sebagai motivator dan inspirator dalam menumbuhkan budaya positif sehingga nantinya guru akan menjadi ing ngarsa sung tuladha dan menjadi agen transformasi perubahan. Dalam menciptakan budaya positif, guru tentunya harus bekerjasama/kolaborasi dengan ekosistem yang ada di sekolah dalam hal ini kepala sekolah, rekan guru, karyawan dan murid serta melibatkan orang tua, komite sekolah dan masyarakat.

B.  TUJUAN

 

1.   Menumbuhkan budaya positif pada semua warga sekolah.

 

2.   Mendukung perilaku positif yang ditunjukkan oleh semua warga sekolah.

 

3.   Menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan.

 

 

 

C.  PELAKSANAAN BUDAYA POSITIF

 

Dalam proses pelaksanaan budaya positif pasca pademi Covid-19, proses kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilaksanakan dengan jarak jauh/daring kembali bertatap muka/luring. Perubahan tersebut membutuhkan perubahan kebiasaan terhadap proses yang terjadi sehingga kebiasaan yang sebelumnya selama pembelajaran jarak jauh perlahan berubah seperti semula atau normal.

Untuk itu seorang guru perlu melihat situasi dan kondisi lingkungan sekolah sebagai ekosistem pembelajaran sebelum melaksanakan budaya positif. Dari hasil pengamatan dapat diambil langkah nyata budaya positif yang dapat ditumbuhkembangkan menjadi kebiasaan untuk meningkatkan karakter dan menghasilkan disiplin positif yang diayakini oleh seluruh


warga sekolah.

 

D.  AKSI NYATA

 

Dalam melaksanakan aksi nyata aksi yang dilakukan dengan melakukan pertemuan dan berkolaborasi dengan Kepala Sekolah, rekan sejawat, tenaga kependidikan, murid, dan wali murid. Seluruh elemen tersebut akan terlibat dalam keberhasilan aksi nyata.


 

 

 

 

Aksi nyata yang telah dilaksanakan dengan saling berkolaborasi antar warga sekolah menciptakan suasana sekolah yang nyaman dan menyenangkan. Sekolah juga mendapatkan penghargaan secara positif karena telah menanamkan budaya positif yang diyakini oleh setiap warga sekolah seperti penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri, Sekolah Sehat, Sekolah Siaga Kependudukan, Sekolah Anti Perundungan, Sekolah Damai, dan Sekolah Ramah Digital.


 

 







 

 

 

 

 

 

 

 



Budaya positif juga diterapkan didalam kelas yang dilakukan secara bersama-sama antara guru dan murid sebelum melaksanakan pembelajaran yaitu dengan membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas menjadi hal yang diyakini untuk membentuk sebuat prilaku positif antara guru dan murid.

 

 

 

 




 

Tantangan dalam menjalankan budaya positif tetap ada seperti adanya yang melanggar kesepakatan yang telah dibuat bersama sebelumnya. Dari tantangan tersebut perlu sebuah solusi penyelesaian sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat dalam hal ini tindakan yang dilakukan restitusi, serta klarifikasi terhadap apa yang telah dilakukan. Menjadi guru memiliki peran utama disekolah dengan menanamkan konsep nilai positif yang diyakini bersama. Konsep-konsep tentang: disiplin positif dan motivasi, keyakinan kelas, pemenuhan kebutuhan dasar, lima posisi kontrol dan segitiga restitusi. Sehingga ketika ada siswa yang melanggar kesepakatan kelas yang dibuat tidak langsung menghukum siswa tetapi mengatasi dengan melaksanakan praktik segitiga restitusi.

 

 

 

 

 

Tindak lanjut dari budaya positif disekolah menjadi suatu keyakinan yang disadari bersama sehingga perlu menjadi sebuah kebiasaan yang ada di dalam program-program sekolah. Sholat

dhuha, kegiatan jumat barokah,  literasi  digital,  olah  raga bersama,  hari  bersih,  makan  sehat, mengurangi penggunaan plastik menjadi beberapa program yang dilaksanakan guna membiasakan hal positif dalam lingkup sekolah.